Senin, 19 Februari 2018


14-situs-untuk-buat-website-gratis-dengan-mudah-tanpa-coding 5x7

Di era digital sekarang ini, website atau situs bisa dikatakan sebagai cerminan perusahaan. Sebuah website yang baik dapat memberikan gambaran yang baik bagi perusahaan; sebaliknya website yang buruk dapat menurunkan image perusahaan.
Banyak perusahaan yang sudah memiliki situs dengan tujuan agar orang mengenal perusahaan tersebut. Dalam situs tersebut, perusahaan menampilkan profil, jasa atau barang yang mereka sediakan, prestasi, alamat, peta, hingga contact person yang bisa dihubungi.
“Namun membuat website harus mengeluarkan uang yang banyak”
Siapa bilang? Sebenarnya Anda sendiri bisa, kok, membuat website gratis, tanpa modal, bahkan tanpa kemampuan coding.
Berikut Sukawu akan merangkum 14 situs untuk membuat website gratis dengan mudah, tanpa perlu memiliki kemampuan pemrograman. Situs-situs dibawah ini biasa disebut website builder.

1. WordPress

Merupakan salah satu alat untuk membangun sebuah blog dan sebuah aplikasi sumber terbuka (open source) yang sangat populer digunakan sebagai mesin blog (blog engine). Anda juga bisa membuat domain gratis dengan tambahan “.wordpress.com”.
Jika ingin menggunakan fitur yang lebih banyak seperti plugin, maka Anda perlu mengunduh source code-nya, dan menjadikan tempat Anda sendiri sebagai host.

2. Weebly

Dengan situs Weebly Anda dapat membuat situs pribadi maupun perusahaan dengan cara yang sederhana sehingga siapapun bisa melakukannya dan dapat dilakukan secara gratis. Untuk fitur gratisnya, domain Anda akan berakhiran “.weebly.com”.
Untuk membuat website di Weebly, cukup dengan memilih template, lalu tinggal drag & drop untuk mendesain tampilan website.

3. Wix

Hampir sama seperti Weebly, untuk fitur gratisnya, domain Anda akan berakhiran “.wix.com”. Anda hanya perlu drag & drop untuk mendesain tampilan website.

4. Blogger

Salah satu alat untuk membangun blog juga, Blogger sangat berjaya pada masanya, pada saat kegiatan “nge-blog” mulai populer di Indonesia. Namun sayangnya, saat ini Blogger sudah jarang melakukan pembaharuan, sehingga tampilannya sudah ketinggalan zaman.

5. Google Sites

Merupakan salah satu produk gratis buatan Google yang juga bagus untuk kegiatan internal perusahaan, namun kekurangannya adalah tampilannya kurang menarik.

6. Webs

Sebelumnya dikenal sebagai Freewebs. Meskipun tema yang disediakan agak terkesan kaku, namun Webs bisa Anda coba untuk membuat website gratis karena tergolong mudah.

7. Tripod

Tripod adalah satu website builder yang tepat untuk perusahaan kecil, karena juga menyediakan fitur gratis yang lumayan lengkap. Selain itu sudah dilengkapi dengan mobile ready sehingga website yang Anda buat bisa diakses dengan tampilan mobile.

8. DoodleKit

Website builder ini menawarkan fitur gratis yang lumayan menarik, karena menyediakan bandwith hingga 100 GB dan kapasitas penyimpanan hingga 100 MB.

9. Yola

Yola menawarkan banyak tema yang menarik dan elegant, namun fasilitas yang ditawarkan amat terbatas untuk fitur yang gratis.

10. SiteBuilder

SiteBuilder juga menawarkan 3 langkah mudah untuk membuat website. Cukup pilih template, tentukan domain, dan website Anda siap diluncurkan. Kekurangannya adalah tema yang ditawarkan kurang menarik.

11. SquareSpace

Ingin tampilan website yang simpel dan kekinian? Mungkin SquareSpace jawabannya. Tema-tema yang ditawarkan sangat modern. Namun sayang, fitur gratisnya hanya bersifat uji coba atau free trial, sehingga dalam kurun waktu tertentu Anda harus membayar.

12. IM Creator

Jika ingin membuat website dengan tema menarik dan benar-benar gratis, maka Anda harus mencoba IM Creator. Tema yang ditawarkan menarik dan fitur gratisnya pun cukup memuaskan, namun sayangnya fitur gratisnya agak sedikit repot karena lebih difokuskan untuk lembaga non-profit.

13. Jigsy

Jigsy juga menawarkan beberapa tema gratis yang menarik, namun dengan fasilitas yang terbatas. Untuk permulaan, tidak ada salahnya mencoba Jigsy untuk bisnis kecil Anda.

14. Membuat Website Sendiri

Nah, ini yang paling menjanjikan karena Anda hanya butuh membayar hosting untuk membangun website, dan sisanya tergantung kemampuan sendiri. Anda bisa mengkostumisasi website anda sesuai kebutuhan, tanpa harus bergantung dengan orang lain. Jika Anda tidak terlalu menguasai pemrograman, tidak ada salahnya untuk mencoba belajar membuat website.

Sebenarnya masih ada banyak situs lagi yang dapat anda gunakan untuk membuat website gratis. Namun tidak ada salahnya untuk mencoba daftar di atas, dan cari yang paling cocok dengan Anda.
Website merupakan salah satu faktor penting untuk bersaing di dunia bisnis, karena itu jangan takut untuk belajar membuat website atau belajar pemrograman.
Semoga artikel ini dapat menginspirasi Anda untuk mengembangkan bisnis Anda, atau membuat personal brand Anda.









1. Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan 
Istilah pendekatan berasal dari bahasa Inggris approach yang salah satu artinya adalah “Pendekatan”. Dalam pengajaran, approach diartikan sebagai a way of beginning something ‘cara memulai sesuatu’. Karena itu, pengertian pendekatan dapat diartikan cara memulai pembelajaran. Dan lebih luas lagi, pendekatan berarti seperangkat asumsi mengenai cara belajar-mengajar. Pendekatan merupakan titik awal dalam memandang sesuatu, suatu filsafat, atau keyakinan yang kadang kala sulit membuktikannya. Pendekatan ini bersifat aksiomatis. Aksiomatis artinya bahwa kebenaran teori yang digunakan tidak dipersoalkan lagi.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teorItis tertentu.
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach), dimana pada pendekatan jenis ini guru melakukan pendekatan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran, dan
2. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach), dimana pada pendekatan jenis ini guru menjadi subjek utama dalam proses pembelajaran.


2. Fungsi Pendekatan dalam Pembelajaran
Fungsi pendekatan bagi suatu pembelajaran adalah :
1. Sebagai pedoman umum dalam menyusun langkah-langkah metode pembelajaran yang akan digunakan.
2. Memberikan garis-garis rujukan untuk perancangan pembelajaran.
3. Menilai hasil-hasil pembelajaran yang telah dicapai.
4. Mendiaknosis masalah-masalah belajar yang timbul, dan
5. Menilai hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilaksanakan.



3. Macam-Macam Pendekatan dalam Pembelajaran
1. Pendekatan Kontekstual / Contextual Teaching and Learning (CTL)
Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (US Departement of Education, 2001). Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk menggapinya.
Pendekatan konstektual merupakan pendekatan yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.pendekatan kontekstual sendiri dilakukan dengan melibatkan komponen komponen pembelajaran yang efektif yaitu konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, penilaian sebenarnya.
Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang penting, yaitu :
1. Mengaitkan. adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti konstruktivisme. Guru menggunakan strategi ini ketia ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru.
2. Mengalami. merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti menghubungkan informasi baru dengan pengelaman maupun pengetahui sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.
3. Menerapkan. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan pemecahan masalah. Guru dapet memotivasi siswa dengan memberikam latihan yang realistic dan relevan.
4. Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan. Pengalaman kerjasama tidak hanya membanti siswa mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten dengan dunia nyata.
5. Mentransfer. Peran guru membuat bermacam-macam pengalaman belajar dengan focus pada pemahaman bukan hapalan

Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan dalam Pendekatan Kontekstual 
Hal-hal yang diperlukan untuk mencapai sejumlah hasil yang diharapkan dalam penerapan pendekatan kontekstual adalah sebagai berikut :
1. Guru yang berwawasan. Maksudnya yaitu guru yang berwawasan dalam penerapan dan pendekatan.
2. Materi dalam pembelajaran.Dalam hal ini guru harus bisa mencari materi pembelajaran yang dijiwai oleh konteks perlu disusun agar bermakna bagi siswa.
3. Strategi metode dan teknik belajar dan mengajar.Dalam hal ini adalah bagaimana seorang guru membuat siswa bersemangat belajar, yang lebih konkret, yang menggunakan realitas, lebih aktual, nyata/riil, dsb.
4. Media pendidikan.Media yang digunakan dapat berupa situasi alamiah, benda nyata, alat peraga, film nyata yang mana perlu dipilih dan dirancang agar sesuai dan belajar lebih bermakna.
5. Fasilitas.Media pendukung pembelajaran kontekstual seperti peralatan dan perlengkapan, laboratorium, tempat praktek, dan tempat untuk melakukan pelatihan perlu disediakan.
6. Proses belajar dan mengajar. Hal ini ditujukan oleh perilaku guru dan siswa yang bernuansa pembelajaran kontekstual yang merupakan inti dari pembelajaran kontekstual.
7. Kancah pembelajaran.Hal ini perlu dipilih sesuai dengan hasil yang diinginkan.
8. Penilaian.Penilaian/evaluasi otentik perlu diupayakan karena pada pembelajaran ini menuntut pengukuran prestasi belajar siswa dengan cara- cara yang tepat dan variatif, tidak hanya dengan pensil atau paper test.
9. i) Suasana.Suasana dalam lingkungan pembelajaran kontekstual sangat berpengaruh karena dapat mendekatkan situasi kehidupan sekolah dengan kehidupan nyata di lingkungan siswa.

Karakteristik Pembelajaran CTL 
1. Kerjasama.
2. Saling menunjang.
3. Menyenangkan, tidak membosankan.
4. Belajar dengan bergairah.
5. Pembelajaran terintegrasi.
6. Menggunakan berbagai sumber.
7. Siswa aktif.
8. Sharing dengan teman.
9. Siswa kritis guru kreatif.
10. Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain.
11. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain

Tahapan-tahapan Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual 
Tahapan pelaksanaan pembelajaran kontekstual antara lain :
1. Mengkaji materi pelajaran yang akan diajarkan.
2. Mengkaji konteks kehidupan siswa sehari-hari.
3. Memilih materi pelajaran yang dapat dikaitkan dengan kehidupan siswa.
4. Menyusun persiapan proses KBM yang telah memasukkan konteks dengan materi pelajaran.
5. Melaksanakan proses belajar mengajar kontekstual.
6. Melakukan penilaian otentik terhadap apa yang telah dipelajari siswa.

Kelebihan pendekatan Kontekstual 
1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.
2. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.

Kelemahan Pendekatan Kontekstual 
1. Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL. Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.

2. Pendekatan Kontruktivisme
Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang lebih menekankan pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide baru yang dapat diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada pengetahuan.
Pada dasarnya pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam peningkatan dan pengembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa keterampilan dasar yang dapat diperlukan dalam pengembangan diri siswa baik dalam lingkungan sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat.
Dalam pendekatan konstruktivisme ini peran guru hanya sebagai pembibimbing dan pengajar dalam kegiatan pembelajaran. Olek karena itu , guru lebih mengutamakan keaktifan siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan ide-ide baru yang sesuai dengan materi yang disajikan unutk meningkatkan kemampuan siswa secara pribadi.Jadi pendekatan konstruktivisme merupakan pembelajaran yang lebih mengutamakan pengalaman langsung dan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Secara umum yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang pembelajar dalam memberikan arti, serta belajar sesuatu melalui aktivitas individu dan sosial. Tidak ada satupun teori belajar tentang konstruktivisme, namun terdapat beberapa pendekatan konstruktivis, misalnya pendekatan yang khusus dalam pendidikan matematik dan sains. Beberapa pemikir konstruktivis seperti Vigotsky menekankan berbagi dan konstruksi sosial dalam pembentukan pengetahuan (konstruktivisme sosial); sedangkan yang lain seperti Piaget melihat konstruksi individu lah yang utama (konstruktivisme individu).

Konstrukstivisme Individu 
Para psikolog konstruktivis yang tertarik dengan pengetahuan individu, kepercayaan, konsep diri atau identitas adalah mereka yang biasa disebut konstruktivis individual. Riset mereka berusaha mengungkap sisi dalam psikologi manusia dan bagaimana seseorang membentuk struktur emosional atau kognitif dan strateginya

Konstrukstivisme Sosial 
Berbeda dengan Piaget, Vygotsky percaya bahwa pengetahuan dibentuk secara sosial, yaitu terhadap apa yang masing-masing partisipan kontribusikan dan buat secara bersama-sama. Sehingga perkembangan pengetahuan yang dihasilkan akan berbeda-beda dalam konteks budaya yang berbeda. Interaksi sosial, alat-alat budaya, dan aktivitasnya membentuk perkembangan dan kemampuan belajar individual.

Ciri-ciri pendekatan konstruktivisme
1. Dengan adanya pendekatan konstruktivisme, pengembangan pengetahuan bagi peserta didik dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri melalui kegiatan penelitian atau pengamatan langsung sehingga siswa dapat menyalurkan ide-ide baru sesuai dengan pengalaman dengan menemukan fakta yang sesuai dengan kajian teori.
2. Antara pengetahuan-pengetahuan yang ada harus ada keterkaitan dengan pengalaman yang ada dalam diri siswa.
3. Setiap siswa mempunyai peranan penting dalam menentukan apa yang mereka pelajari.
Peran guru hanya sebagai pembimbing dengan menyediakan materi atau konsep apa yang akan dipelajari serta memberikan peluang kepada siswa untuk menganalisis sesuai dengan materi yang dipelajari

Prinsip Pendekatan konstruktivisme 
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Konstruktivime akan mengaktifkan siswa secara aktif sehingga pembelajaran yang didapat oleh siswa lebih didasarkan pada proses pencapaian pengetahuan itu bukan pada hasilnya.
Prinsip konstruktivisme telah banyak digunakan dalam pembelajaran. Menurut Suparno (1999:73) ada beberapa prinsip dari konstruktivisme antara lain:
1. Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif .
2. Tekanan dalam pembelajaran terletak pada siswa.
3. Mengajar adalah membantu siswa belajar.
4. Tekanan dalam pembelajaran lebih pada proses bukan pada akhir .
5. Kurikulum menekankan pada partisipasi siswa.
6. Guru adalah fasilitator.
Sedangkan menurut Brooks & Brooks (dalam Subana, 2001:47)”prinsip konstruktivisme yaitu:
1. Ajukan masalah yang relevan dengan siswa,
2. Struktur pembelajaran pada konsep-konsep eensial,
3. Usahakan menemukan dan menilai pandangan siswa,
4. Adaptasikan kurikulum, dan
5. Ukur belajar siswa dalam konteks belajar.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme antara lain siswa aktif mencari tahu dengan membentuk pengetahuan baru sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dalam mengkonstruksikan pengetahuan tersebut sebagaimana tuntunan kurikulum.

Karakteristik Pembelajaran Konstruktivisme 
Adapun karakteristik pendekatan konstruktivisme menurut Driver (dalam Paul, 1996:69) bahwa karakteristik pembelajaran konstruktivisme adalah:
1. Orientasi ialah siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan motivasi dalam mempelajari suatu topik
2. Elicitasi ialah membantu siswa untuk mengungkapkan idenya secara jelas
3. Retrukturisasi ide terdiri dari klarifikasi ide, membangun ide yang baru, mengevaluasi ide baru dengan eksperimen
4. Penggunaan ide dalam banyak situasi
5. Review adalah bagaimana ide itu berubah.
Sedangkan menurut Smorgansbord (1997:54)) menyatakan beberapa karakteristik tentang konstruktivisme yaitu :
1. Pengetahuan dibangun berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang telah ada sebelumnya
2. Belajar merupakan penasiran personal tentang dunia
3. Belajar merupakan proses yang aktif dimana makna diembangkan berdasarkan pengalaman
4. Pengetahuan tumbuh karena adanya perundingan makna melalui berbagai informasi atau menyepakati suatu pandangan dalam berinteraksi
5. Belajar harus disituasikan dalam kehidupan yang nyata.

Langkah Pelaksanaan Pendekatan Konstruktivisme
Langkah pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme, menurut Nurhadi (2003:39) bahwa penerapan konstruktivisme muncul dengan lima langkah pembelajaran yaitu sebagai berikut:
1. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada
Pengetahuan awal yang sudah dimiliki peserta didik akan menjadi dasar awal untuk mempelajari informasi baru. Langkah ini dapat dilakukan dengan cara pemberian pertanyaan terhadap materi yang akan dibahas.
2. Pemerolehan pengetahuan baru
Pemerolehan pengetahuan perlu dilakukan secara keseluruhan tidak dalam paket yang terpisah-pisah.
3. Pemahaman pengetahuan
Siswa perlu menyelidiki dan menguji semua hal yang memungkinkan dari pengetahuan baru siswa.
4. Menerapkan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh
Siswa memerlukan waktu untuk memperluas dan memperhalus stuktur pengetahuannya dengan cara memecahkan masalah yang di temui.
5. Melakukan refleksi.
Pengetahuan harus sepenuhnya dipahami dan diterapkan secara luas, maka pengetahuan itu harus dikontekstualkan dan hal ini memerlukan refleksi.
Sedangkan menurut Kunandar (2007:307) langkah-langkah pembelajaran konstruktivisme antara lain :
1. carilah dan gunakanlah pertanyaan dan gagasan siswa untuk menuntun pelajaran dan keseluruhan unit pembelajaran
2. Biarkan siswa mengemukakan gagasan-gagasan mereka dulu
3. Kembangkan kepemimpinan, kerja sama, pencarian informasi, dan aktivitas siswa sebagai hasil dalam proses belajar
4. Gunakan pemikiran, pengalaman, dan minat siswa untuk mengarahkan proses pembelajaran
5. Kembangkan penggunakan alternatif sumber informasi baik dalam bentuk bahan tertulis maupun bahan-bahan para pakar.
6. Usahakan agar siswa mengemukakan sebab-sebab terjadinya suatu peristiwa
7. Carilah gagasan-gagasan siswa sebelum guru menyajikan pendapatnya.
8. Buatlah agar siswa tertantang dengan konsepi dan gagasan-gagasan mereka sendiri
9. Sediakan waktu cukup untuk berefleksi dan menganalisis menghormati gagasan siswa
10. Doronglah siswa untuk melakukan analisis sendiri, mengumpulkan bukti nyata untuk mendukung gagasannya sesuai dengan pengetahuan baru yang dipelajarinya
11. Gunakanlah masalah yang diidentifikasikan oleh siswa sesuai dengan minantya dan dampak yang akan ditimbulkannya
12. Gunakan sumber-sumber lokal sebagai sumber informasi asli yang digunakan dalam pemecahan masalah.
13. Libatkan siswa dalam mencari pemecahan masalah yang ada dalan kenyataan.
14. Perluas belajar seputar jam pelajaran, ruangan kelas, dan lingkungan sekolah.
15. Pusatkan perhatian pada dampak sains pada setiap individu siswa
16. Tekankan kesadaran karir terutama yang berhubungan dengan sains dan teknologi”.

Kelebihan Pendekatan Konstruktivisme 
Dalam penerapannya, pendekatan konstruktivisme memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut Ella (2004:55) menjelaskan bahwa pendekatan konstruktivisme membantu siswa menguasai tiga hal , yaitu:
1. Siswa diajak memahami dan menafsirkan kenyataan dan pengalamannya yang berbeda.
2. Siswa lebih mampu mengatasi masalah dalam kehidupan nyata.
3. Pemahaman konstruktivisme, yaitu membangun dan mengetahui bagaimana menggunakan pengetahuan dan keahlian dalam situasi kehidupan nyata.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan konstruktivisme memiliki berbagai kelebihan antara lain:
1. Dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme siswa akan aktif dalam pembelajaran
2. Menjadikan proses pembelajaran tersebut menyenangkan dan lebih bermakna bagi siswa
3. Siswa membangun sendiri pengetahuannya maka siswa tidak mudah lupa dengan pengetahuannya
4. Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena menggunakan realitas kehidupan sehingga siswa tidak cepat bosan belajar
5. Siswa merasa dihargai dan semakin terbuka, karena setiap jawaban siswa ada penilaiannya
6. Memupuk kerjasama dalam kelompok.
Dengan adanya kelebihan pada pendekatan konstruktivisme ini maka siswa di harapkan dapat menyelesaikan masalah dengan berbagai cara, jadi peserta didik akan terlatih untuk dapat menerapkannya dengan situasi yang berbeda atau baru.

Kekurangan Pendekatan Konstruktivisme 
Selain memiliki kelebihan pendekatan konstruktivisme juga memiliki kekurangan. Namun kekurangan ini dapat kita atasi seperti:
1. Siswa masih kesulitan dalam menemukan sendiri jawabannya
2. Membutuhkan waktu yang lama terutama bagi siswa yang lemah
3. Siswa yang pandai kadang-kadang tidak sabar dalam menanti temannya yang belum selesai.
Dari uraian tadi dapat disimpulkan kelemahan pendekatan konstruktivisme dapat ditolerir, maka guru hendaknya dapat membimbing siswa agar dapat menemukan jawabannya, kemudian guru menambah waktu belajar bagi siswa yang lemah dalam proses pembelajaran, serta memberikan nasehat agar menghargai teman dalam belajar Sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
3. Pendekatan Deduktif
Pembelajaran dengan pendekatan deduktif terkadang sering disebut pembelajaran tradisional yaitu guru memulai dengan teori-teori dan meningkat ke penerapan teori. Dalam bidang ilmu sains dijumpai upaya mencoba pembelajaran dan topik baru yang menyajikan kerangka pengetahuan, menyajikan teori-teori dan rumus dengan sedikit memperhatikan pengetahuan utama siswa, dan kurang atau tidak mengkaitkan dengan pengalaman mereka. Pembelajaran dengan pendekatan deduktif menekankan pada guru mentransfer informasi atau pengetahuan.
Menurut Setyosari (2010:7) menyatakan bahwa “Berpikir deduktif merupakan proses berfikir yang didasarkan pada pernyataan-pernyataan yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat khusus dengan menggunakan logika tertentu.”
Hal serupa dijelaskan oleh Sagala (2010:76) yang menyatakan bahwa: Pendekatan deduktif adalah proses penalaran yang bermula dari keadaaan umum kekeadaan yang khusus sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan aturan, prinsip umum diikuti dengan contoh-contoh khusus atau penerapan aturan, prinsip umum itu kedalam keadaan khusus.
Sedangkan menurut Yamin (2008:89) menyatakan bahwa “Pendekatan deduktif merupakan pemberian penjelasan tentang prinsip-prinsip isi pelajaran, kemudian dijelaskan dalam bentuk penerapannya atau contoh-contohnya dalam situasi tertentu.”
Dalam pendekatan deduktif menjelaskan hal yang berbentuk teoritis kebentuk realitas atau menjelaskan hal-hal yang bersifat umum ke yang bersifat khusus. Disini guru menjelaskan teori-teori yang telah ditemukan para ahli, kemudian menjabarkan kenyataan yang terjadi atau mengambil contoh-contoh.
Dari penjelasan beberapa teori dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan deduktif adalah cara berfikir dari hal yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat khusus.

Penggunaan Pendekatan Deduktif 
Menurut Yamin (2008:89) pendekatan deduktif dapat dipergunakan bila:
1. Siswa belum mengenal pengetahuan yang sedang dipelajari,
2. Isi pelajaran meliputi terminologi, teknis dan bidang yang kurang membutuhkan proses berfikir kritis,
3. Pengajaran mengenai pelajaran tersebut mempunyai persiapan yang baik dan pembicaraan yang baik,
4. Waktu yang tersedia sedikit.

Langkah-langkah Pendekatan Deduktif 
Menurut Sagala (2010:76) langkah-langkah yang dapat digunakan dalam pendekatan deduktif dalam pembelajaran adalah
1. Guru memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekatan deduktif,
2. Guru menyajikan aturan, prinsip yang berifat umum, lengkap dengan definisi dan contoh-contohnya,
3. Guru menyajikan contoh-contoh khusus agar siswa dapat menyusun hubungan antara keadaan khusus dengan aturan prinsip umum,
4. Guru menyajikan bukti-bukti untuk menunjang atau menolak kesimpulan bahwa keadaan khusus itu merupakan gambaran dari keadaan umum.

Kelebihan Pendekatan Deduktif 
Adapun kelebihan dari pendekatan deduktif dibandingkan dengan pendekatan lain adalah :
1. Tidak memerlukan banyak waktu.
2. Sifat dan rumus yang diperoleh dapat langsung diaplikasikan kedalam soal-soal atau masalah yang konkrit.

Kelemahan Pendekatan Deduktif 
Kelemahan pendekatan deduktif antara lain:
1. Siswa sering mengalami kesulitan memahami makna matematika dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan siswa baru bisa memahami konsep setelah disajikan berbagai contoh.
2. Siswa sulit memahami pembelajaran matematika yang diberikan karna siswa menerima konsep matematika yang secara langsung diberikan oleh guru.
3. Siswa cenderung bosan dengan pembelajaran dengan pendekatan deduktif, karna disini siswa langsung menerima konsep matematika dari guru tanpa ada kesempatan menemukan sendiri konsep tersebut.
4. Konsep tidak bisa diingat dengan baik oleh siswa.

4. Pendekatan Induktif
Berbeda dengan pendekatan deduktif yang menyimpulkan permasalahan dari hal-hal yang bersifat umum, maka pendekatan induktif (inductif approach) menyimpulkan permasalahan dari hal-hal yang bersifat khusus.. Metode induktif sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus.
Pendekatan induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum. Pendekatan induktif merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan khusus menuju keadaan umum.
Sedangkan menurut Yamin (2008:89) menyatakan bahwa: Pendekatan induktif dimulai dengan pemberian kasus, fakta, contoh, atau sebab yang mencerminkan suatu konsep atau prinsip. Kemudian siswa dibimbing untuk berusaha keras mensintesiskan, menemukan, atau menyimpulkan prinsip dasar dari pelajaran tersebut.
Mengajar dengan pendekatan induktif adalah cara mengajar dengan cara penyajian kepada siswa dari suatu contoh yang spesifik untuk kemudian dapat disimpulkan menjadi suatu aturan prinsip atau fakta yang pasti.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan induktif adalah pendekatan pengajaran yang berawal dengan menyajikan sejumlah keadaan khusus kemudian dapat disimpulkan menjadi suatu kesimpulan, prinsip atau aturan.

Penggunaan Pendekatan Induktif 
Menurut Yamin (2008:90) pendekatan induktif tepat digunakan manakala:
1. Siswa telah mengenal atau telah mempunyai pengalaman yang berhubungan dengan mata pelajaran tersebut,
2. Yang diajarkan berupa keterampilan komunikasi antara pribadi, sikap, pemecahan, dan pengambilan keputusan,
3. Pengajar mempunyai keterampilan fleksibel, terampil mengajukan pertanyaan terampil mengulang pertanyaan, dan sabar,
4. Waktu yang tersedia cukup panjang.

Langkah-langkah Pembelajaran Pendekatan Induktif 
Menurut Sagala (2010:77) langkah-langkah yang harus ditempuh dalam model pembelajaran dengan pendekatan induktif yaitu:
1. Memilih dan mementukan bagian dari pengetahuan (konsep, aturan umum, prinsip dan sebagainya) sebagai pokok bahasan yang akan diajarkan.
2. Menyajikan contoh-contoh spesifik dari konsep, prinsip atau aturan umum itu sehingga memungkinkan siswa menyusun hipotesis (jawaban sementara) yang bersifat umum.
3. Kemudian bukti-bukti disajikan dalam bentuk contoh tambahan dengan tujuan membenarkan atau menyangkal hipotesis yang dibuat siswa.
4. Kemudian disusun pernyataan tentang kesimpulan misalnya berupa aturan umum yang telah terbukti berdasarkan langkah-langkah tersebut, baik dilakukan oleh guru atau oleh siswa.

Kelebihan Pendekatan Induktif 
Adapun kelebihan dari pendekatan induktif dibandingkan dengan pendekatan antara lain adalah :
1. Memberikan kesempatan pada siswa untuk berusaha sendiri atau menemukan sendiri suatu konsep sehingga akan diingat dengan lebih baik.
2. Murid memahami sifat atau rumus melalui serangkaian contoh. Kalau terjadi keraguan mengenai pengertian dapat segera diatasi sejak masih awal.
3. Dapat meningkatkan semangat belajar siswa.
Kelemahan Pendekatan Induktif
Kelemahan dari pendekatan induktif antara lain :
1. Memerlukan banyak waktu.
2. Kadang-kadang hanya sebagian siswa yang terlibat secara aktif.
3. Sifat dan rumus yang diperoleh masih memerlukan latihan atau aplikasi untuk memahaminya.
4. Secara matematik (formal) sifat atau rumus yang diperoleh dengan pendekatan induktif masih belum menjamin berlaku umum.

5. Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik meguasai konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep (miskonsepsi).. Konsep merupakan struktur mental yang diperoleh dari pengamatan dan pengalaman.
Pendekatan Konsep merupakan suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh.

Ciri-ciri suatu konsep adalah 
1. Konsep memiliki gejala-gejala tertentu
2. Konsep diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman langsung
3. Konsep berbeda dalam isi dan luasnya
4. Konsep yang diperoleh berguna untuk menafsirkan pengalaman-pengalaman
5. Konsep yang benar membentuk pengertian
6. Setiap konsep berbeda dengan melihat ciri-ciri tertentu
Kondisi-kondisi yang dipertimbangkan dalam kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan konsep adalah:
1. Menanti kesiapan belajar, kematangan berpikir sesuai denaan unsur lingkungan.
2. Mengetengahkan konsep dasar dengan persepsi yang benar yang mudah dimengerti.
3. Memperkenalkan konsep yang spesifik dari pengalaman yang spesifik pula sampai konsep yang kompleks.
4. Penjelasan perlahan-lahan dari yang konkret sampai ke yang abstrak.

Langkah-langkah mengajar dengan pendekatan konsep
Langkah-langkah mengajar dengan pendekatan konsep melalui 3 tahap yaitu,
1. Tahap Enaktik
Tahap enaktik dimulai dari:
§ Pengenalan benda konkret.
§ Menghubungkan dengan pengalaman lama atau berupa pengalaman baru.
§ Pengamatan, penafsiran tentang benda baru.
2. Tahap Simbolik
Tahap simbolik siperkenalkan dengan: Simbol, lambang, kode, seperti angka, huruf. kode, seperti (?=,/) dll. Membandingkan antara contoh dan non-contoh untuk menangkap apakah siswa cukup mengerti akan ciri-cirinya. Memberi nama, dan istilah serta defenisi.
3. Tahap Ikonik
Tahap ini adalah tahap penguasaan konsep secara abstrak, seperti: Menyebut nama, istilah, definisi, apakah siswa sudah mampu mengatakannya.
6. Pendekatan Proses
Pendekatan proses merupakan pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses.
Pendekatan proses adalah pendekatan yang berorientasi pada proses bukan hasil. Pada pendekatan ini peserta didik diharapkan benar-benar menguasai proses. Pendekatan ini penting untuk melatih daya pikir atau mengembangkan kemampuan berpikir dan melatih psikomotor peserta didik. Dalam pendekatan proses peserta didik juga harus dapat mengilustrasikan atau memodelkan dan bahkan melakukan percobaan. Evaluasi pembelajaran yang dinilai adalah proses yang mencakup kebenaran cara kerja, ketelitian, keakuratan, keuletan dalam bekerja dan sebagainya.
Kelebihan Pendekatan Proses
Keunggulan/Kelebihan pendekatan proses adalah :
1. Memberi bekal cara memperoleh pengetahuan, hal yang sangat penting untuk pengembangan pengetahuan dan masa depan.
2. Pendahuluan proses bersifat kreatif, siswa aktif, dapat meningkatkan keterampilan berfikir dan cara memperoleh pengetahuan.

Kelemahan Pendekatan Proses
Kelemahan pendekatan proses adalah :
1. Memerlukan banyak waktu sehingga sulit untuk dapat menyelesaikan pengajaran yang ditetapkan dalam kurikulum.
2. Memerlukan fasilitas yang cukup baik dan lengkap sehingga tidak semua sekolah dapat menyediakannya.
3. Merumuskan masalah, menyusun hipotesis, merancangkan suatu percobaan untuk memperoleh data yang relevan adalah pekerjaan yang sulit, tidak semua siswa mampu melaksanakannya.

7. Pendekatan Open - Ended
Menurut Suherman dkk (2003; 123) problem yang diformulasikan memiliki multijawaban yang benar disebut problem tak lengkap atau disebut juga Open-Ended problem atau soal terbuka. Siswa yang dihadapkan denganOpen-Ended problem, tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban. Dengan demikian bukanlah hanya satu pendekatan atau metode dalam mendapatkan jawaban, namun beberapa atau banyak.
Sifat “keterbukaan” dari suatu masalah dikatakan hilang apabila hanya ada satu cara dalam menjawab permasalahan yang diberikan atau hanya ada satu jawaban yang mungkin untuk masalah tersebut. Contoh penerapan masalah Open-Ended dalam kegiatan pembelajaran adalah ketika siswa diminta mengembangkan metode, cara atau pendekatan yang berbeda dalam menjawab permasalahan yang diberikan bukan berorientasi pada jawaban (hasil) akhir.

Kelebihan pendekatan Open–Ended. 
Dalam pendekatan open-ended guru memberikan permasalah kepada siswa yang solusinya tidak perlu ditentukan hanya melalui satu jalan. Guru harus memanfaatkan keragaman cara atau prosedur yang ditempuh siswa dalam menyelesaikan masalah. Hal tersebut akan memberikan pengalaman pada siswa dalam menemukan sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan, keterampilan dan cara berfikir matematik yang telah diperoleh sebelumnya. Ada beberapa kelebihan dari pendekatan ini, antara lain:
1. Siswa memiliki kesempatan untuk berpartisipasi secara lebih aktif serta memungkinkan untuk mengekspresikan idenya.
2. Siswa memiliki kesempatan lebih banyak menerapkan pengetahuan serta keterampilan matematika secara komprehensif.
3. Siswa dari kelompok lemah sekalipun tetap memiliki kesempatan untuk mengekspresikan penyelesaian masalah yang diberikan dengan cara mereka sendiri.
4. Siswa terdorong untuk membiasakan diri memberikan bukti atas jawaban yang mereka berikan.
5. Siswa memiliki banyak pengalaman, baik melalui temuan mereka sendiri maupun dari temannya dalam menjawab permasalahan.

Kelemahan Pendekatan Open–Ended. 
Disamping kelebihan yang dapat diperoleh dari pendekatan open-ended, terdapat juga beberapa kelemahan, diantaranya:
1. Sulit membuat atau menyajikan situasi masalah matematika yang bermakna bagi siswa.
2. Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahamai siswa sangat sulit sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaimana merespon permasalahan yang diberikan.
3. Karena jawaban bersifat bebas, siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan jawaban mereka.
4. Mungkin ada sebagian siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar mereka tidak menyenangkan karena kesulitan yang mereka hadapi.

8. Pendekatan Saintific
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan saintifik. Proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘mengapa’.
Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘bagaimana’. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘apa’.Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (saintifik appoach) dalam pembelajaran semua mata pelajaran meliputi menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah.

Tujuan Pembelajaran Pendekatan Saintific
Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah:
1. untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
2. untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.
3. terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.
4. diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
5. untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah
6. Untuk mengembangkan karakter siswa

Prinsip Pendekatan Saintific 
Prinsip-prinsip dalam pembelajaran dengan pendekatan saintific antara lain :
1. pembelajaran berpusat pada siswa
2. pembelajaran membentuk students’ self concept
3. pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mempelajari, mnganalisis, menyimpulkan konsep, pengetahuan, dan prinsip.
4. pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa
5. Pembelajaran meningkatkan motivasi

Langkah-langkah Pendekatan Saintific 
Pembelajaran saintifik terdiri atas lima langkah, yaitu :
1. Observing (mengamati), Membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat)
2. Questioning (menanya), Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik)
3. Associating (menalar), mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan
4. Experimenting (mencoba), Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Pada mata pelajaran IPA, misalnya,peserta didik harus memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.
5. Networking (membentuk Jejaring/ mengkomunikasikan), Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya

9. Pendekatan Realistik
Realistic Mathematics Education (RME) dikembangkan olehHans Frudenthal di Belanda. Realistic Mathematics Education (RME) adalah pendekatan pengajaran yang bertitik tolak dari hal-hal yang ‘real’ bagi siswa, menekankan ketrampilan ‘proses of doing mathematics’, berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehinggga mereka dapat menemukan sendiri (‘student inventing’ sebagai kebalikan dari ‘teacher telling’) dan pada akhirnya menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik secara individu maupun secara kelompok. (Zulkardi, 2009)
Pengertian pendekatan realistik menurut Sofyan, (2007: 28) “sebuah pendekatan pendidikan yang berusaha menempatkan pendidikan pada hakiki dasar pendidikan itu sendiri”.
Menurut Sudarman Benu, (2000: 405) “pendekatan realistik adalah pendekatan yang menggunakan masalah situasi dunia nyata atau suatu konsep sebagai titik tolak dalam belajar matematika”. Matematika Realistik yang telah diterapkan dan dikembangkan di Belanda teorinya mengacu pada matematika harus dikaitkan dengan realitas dan matematika merupakan aktifitas manusia.
Dalam pembelajaran melalui pendekatan realistik, strategi- strategi informasi siswa berkembang ketika mereka menyeleseikan masalah pada situasi- situsi biasa yang telah diakrapiniya, dan keadaan itu yang dijadikannya titik awal pembelajaran pendekatan realistik atau Realistic Mathematic Education(RME) juga diberi pengertian “cara mengajar dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelediki dan memahami konsep matematika melalui suatu masalah dalam situasi yang nyata”. (Megawati, 2003: 4). Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran bermakna bagi siswa.
Realistic Mathematic Education(RME) adalah pendekatan pengajaran yang bertitik tolak pada hal- hal yang real bagi siswa(Zulkardi). Teori ini menekankan ketrampilan proses, berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri(Student Invonting), sebagai kebalikan dari guru memberi(Teaching Telling) dan pada akhirnya murid menggunakan matematika itu untuk menyeleseikan masalah baik secara individual ataupun kelompok.
Pada pendekatan Realistik peran guru tidak lebih dari seorang fasilitator, moderator atau evaluator. Sementara murid berfikir, mengkomunikasikan argumennya, mengklasifikasikan jawaban mereka, serta melatih saling menghargai strategi atau pendapat orang lain.
Menurut De Lange dan Van Den Heuvel Parhizen, RME ini adalah pembelajaran yang mengacu pada konstruktifis sosial dan dikhususkan pada pendidikan matematika.(Yuwono: 2001)
Dari beberapa pendapat diatas dapat dikatakan bahwa RME atau pendekatan Realistik adalah pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah sehari- hari sebagai sumber inspirasi dalam pembentukan konsep dan mengaplikasikan konsep- konsep tersebut atau bisa dikatakan suatu pembelajaran matematika yang berdasarkan pada hal- hal nyata atau real bagi siswa dan mengacu pada konstruktivis sosial.

Tujuan Pendekatan Realistik (RME) 
Tujuan Pembelajaran Matematika Realistik sebagai berikut:
1. Menjadikan matematika lebih menarik,relevan dan bermakna,tidak terlalu formal dan tidak terlalu abstrak
.
2. Mempertimbangkan tingkat kemampuan siswa.
3. Menekankan belajar matematika “learning by doing”.
4. Memfasilitasi penyelesaian masalah matematika tanpa menggunakan penyelesaian yang baku.
5. Menggunakan konteks sebagai titik awal pembelajaran matematika.
(kuiper&kouver,1993)

Prinsip-Prinsip Pendekatan Realistik (RME) 
Terdapat 5 prinsip utama dalam pembelajaran matematika realistik, yaitu:
1. Menggunakan konsep atau situasi.
2. Menggunakan model : "model of" dan "model for"
3. Menggunakan hasil pemikiran siswa sendiri.
4. Interactivity.
5. Intertwinning (saling mengaitkan suatu konsep dengan konsep lainnya).

Gravemeijer(dalam Fitri. 2007: 10) menyebutkan tiga prinsip kunci dalam pendekatan realistik, ketiga kunci tersebut adalah:
1. Penemuan kembali secara terbimbing/ matematika secara progresif(Gunded Reinvention/ Progressive matematizing). Dalam menyeleseikan topik- topik matematika, siswa harus diberi kesempatan untuk mengalami proses yang sama, sebagai koknsep- konsep matematika dikemukakan. Siswa diberikan masalah nyata yang memungkinkan adanya penyeleseian yang berbeda.
2. Didaktif yang bersifat fenomena(didaktial phenomology) topik matematika yang akan diajarkan diupayakan berasal dari fenomenan sehari-hari.
3. Model yang dikembangkan sendiri(self developed models) dalam memecahkan ‘contextual problem”, mahasiswa diberi kesempatan untuk mengembangkan model mereka sendiri. Pengembangan model ini dapat berperan dalam menjembatani pengetahuan informal dan pengetahuan formal serta konkret dan abstrak.

Karakteristik Pendekatan Realistik (RME) 
Menurut Grafemeijer (dalam fitri, 2007: 13) ada 5 karakteristik pembelajaran matematika realistik, yaitu sebagai berikut:
1. Menggunakan masalah kontekstual
Masalah konsektual berfungsi sebagai aplikasi dan sebagai titik tolak dari mana matematika yang digunakan dapat muncul. Bagaimana masalah matematika itu muncul(yang berhubungan dengan kehidupan sehari- hari).
2. Menggunakan model atau jembatan
Perhatian diarahkan kepada pengembangan model, skema, dan simbolisasi dari pada hanya mentrasfer rumus. Dengan menggunakan media pembelajaran siswa akan lebih faham dan mengerti tentang pembelajaran aritmatika sosial.
3. Menggunakan kontribusi siswa
Kontribusi yang besar pada saat proses belajar mengajar diharapkan dari konstruksi murid sendiri yang mengarahkan mereka dari metode informal ke arah metode yang lebih formal. Dalam kehidupan sehari- hari diharapkan siswa dapat membedakan pengunaan aritmatika sosial terutama pada jual beli. Contohnya: harga baju yang didiskon dengan harga baju yang tidak didiskon.
4. Interaktivitas
Negosiasi secara eksplisit, intervensi, dan evaluasi sesama murid dan guru adalah faktor penting dalam proses belajar secara konstruktif dimana strategi informal siswa digunakan sebagai jembatan untuk menncapai strategi formal. Secara berkelompok siswa diminta untuk membuat pertanyaan kemudian diminta mempresentasikan didepan kelas sedangkan kelompok yang lain menanggapinya. Disini guru bertindak sebagai fasilitator.
5. Terintegrasi dengan topik pembelajaran lainnya(bersifat holistik)
Aritmatika sosial tidak hanya terdapat pada pembelajaran matematika saja, tetapi juga terdapat pada pembelajaran yang lainnya, misalnya pada akutansi, ekonomi, dan kehidupan sehari- hari.

Langkah-langkah Pembelajaran Matematika Realistik 
Berdasarkan prinsip dan karakteristik PMR serta dengan memperhatikan pendapat yang telah dikemukakan di atas, maka dapatlah disusun suatu langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan PMR yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1. Langkah 1: Memahami masalah kontekstual
yaitu guru memberikan masalah kontekstual dalam kehidupan sehari-hari kepada siswa dan meminta siswa untuk memahami masalah tersebut,serta memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan masalah yang belum di pahami. Karakteristik PMR yang muncul pada langkah ini adalah karakteristik pertama yaitu menggunakan masalah kontekstual sebagai titik tolak dalam pembelajaran, dan karakteristik keempat yaitu interaksi
2. Langkah 2: Menjelaskan masalah kontekstual
jika dalam memahami masalah siswa mengalami kesulitan, maka guru menjelaskan situasi dan kondisi dari soal dengan cara memberikan petunjuk-petunjuk atau berupa saran seperlunya, terbatas pada bagian-bagian tertentu dari permasalahan yang belum dipahami
3. Langkah 3 : Menyelesaikan masalah
Siswa mendeskripsikan masalah kontekstual, melakukan interpretasi aspek matematika yang ada pada masalah yang dimaksud, dan memikirkan strategi pemecahan masalah. Selanjutnya siswa bekerja menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri berdasarkan pengetahuan awal yang dimilikinya, sehingga dimungkinkan adanya perbedaan penyelesaian siswa yang satu dengan yang lainnya. Guru mengamati, memotivasi, dan memberi bimbingan terbatas, sehingga siswa dapat memperoleh penyelesaian masalah-masalah tersebut. Karakteristik PMR yang muncul pada langkah ini yaitu karakteristik kedua menggunakan model
4. Langkah 4 : Membandingkan jawaban
Guru meminta siswa membentuk kelompok secara berpasangan dengan teman sebangkunya, bekerja sama mendiskusikan penyelesaian masalah-masalah yang telah diselesaikan secara individu (negosiasi, membandingkan, dan berdiskusi). Guru mengamati kegiatan yang dilakukan siswa, dan memberi bantuan jika dibutuhkan. Dipilih kelompok berpasangan, dengan pertimbangan efisiensi waktu. Karena di sekolah tempat pelaksanaan ujicoba, menggunakan bangku panjang. Sehingga kelompok dengan jumlah anggota yang lebih banyak, membutuhkan waktu yang lebih lama dalam pembentukannya.
Sedangkan kelompok berpasangan tidak membutuhkan waktu, karena siswa telah duduk dalam tatanan kelompok berpasangan. Setelah diskusi berpasangan dilakukan, guru menunjuk wakil-wakil kelompok untuk menuliskan masing-masing ide penyelesaian dan alasan dari jawabannya, kemudian guru sebagai fasilitator dan modarator mengarahkan siswa berdiskusi, membimbing siswa mengambil kesimpulan sampai pada rumusan konsep/prinsip berdasarkan matematika formal (idealisasi, abstraksi). Karakteristik PMR yang muncul yaitu interaksi
5. Langkah 5: Menyimpulkan
Dari hasil diskusi kelas, guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan suatu rumusan konsep/prinsip dari topik yang dipelajari. Karakteristik PMR yang muncul pada langkah ini adalah adanya interaksi antar siswa dengan guru.

Kelebihan Pembelajaran Matematika Realistik 
Beberapa keunggulan/kelebihan dari pembelajaran metematika realistik antara lain:
1. Pelajaran menjadi cukup menyenangkan bagi siswa dan suasana tegang tidak tampak.
2. Materi dapat dipahami oleh sebagian besar siswa.
3. Alat peraga adalah benda yang berada di sekitar, sehingga mudah didapatkan.
4. Guru ditantang untuk mempelajari bahan.
5. Guru menjadi lebih kreatif membuat alat peraga.
6. Siswa mempunyai kecerdasan cukup tinggi tampak semakin pandai.

Kelemahan Pembelajaran Matematika Realistik 
Beberapa kelemahan dari pembelajaran metematika realistik antara lain:
1. Sulit diterapkan dalam suatu kelas yang besar(40- 45 orang).
2. Dibutuhkan waktu yang lama untuk memahami materi pelajaran.
3. Siswa yang mempunyai kecerdasan sedang memerlukan waktu yang lebih lama untuk mampu memahami materi pelajaran.
10. Pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat
Pendekatan Science, Technology and Society (STS) atau pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat (STM) merupakan gabungan antara pendekatan konsep, keterampilan proses, Inkuiri dan diskoveri serta pendekatan lingkungan. Istilah Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam bahasa Inggris disebut Sains Technology
Society (STS), Science Technology Society and Environtment (STSE) atau Sains Teknologi Lingkungan dan Masyarakat. Meskipun istilahnya banyak namun sebenarnya intinya sama yaitu Environtment, yang dalam berbagai kegiatan perlu ditonjolkan. Sains Teknologi Masyarakat (STM) merupakan pendekatan terpadu antara sains, teknologi, dan isu yang ada di masyarakat. Adapun tujuan dari pendekatan STM ini adalah menghasilkan peserta didik yang cukup memiliki bekal pengetahuan, sehingga mampu mengambil keputusan penting tentang masalah-masalah dalam masyarakat serta mengambil tindakan sehubungan dengan keputusan yang telah diambilnya.
Filosofi yang mendasari pendekatan STM adalah pendekatan konstruktivisme, yaitu peserta didik menyusun sendiri konsep-konsep di dalam struktur kognitifnya berdasarkan apa yang telah mereka ketahui.


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI GURU (SM3T)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2018





Pustaka

Abdul Rahim Rashid. (1998). Ilmu Sejarah: Teori dan amalan dalam pengajaran A
dan pembelajaran Sejarah. Kertas kerja yang dibentangkan dalam Simposium Sejarah, Universiti Malaya, Kuala Lumpur, 30–31 Oktober.
Anwar. (2004). Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill Education). Bandung: Penerbit
Alfabeta.
Ausubel, D. P. (1963). The psychology of meaningful verbal learning. New York: A
Grune & Stratton Inc.
Bybee, R. W. (1993). Leadership, responsibility and reform in science education. B
Science Educator, 2,1–9.
Depdiknas. (2002). Pengembangan Pelaksanaan Broad-Based Education, High-
Based Education, dan Life Skills di SMU. Jakarta: Depdiknas.
Firdaus M Yunus. (2004). Pendidikan Berbasis Realitas Sosial, Paulo freire-Y.B
Mangunwijaya. Yogyakarta: Logung Pustaka
(http.//www.contextual.org.id)
(ilmiahhttp://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-pembelajaran/).
IOWA State University. (2003). Incorporating Developmentally Appropriate
Learning Opportunities to Assess Impact of Life Skill Development.
Lifeskills4kids. (2000). Introduction & F.A.Q.
Ngalim Purwanto. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya
Lee, Kwuang-wu. 2000. English Teachers’ Barriers to the Use of Computer
assisted Language Learning. The Internet TESL Journal, Vol. VI, No. 12,
December 2000. http:/www..aitech.ac.jp/~iteslj/
(Frequently Asked Questions). kdavis@LifeSkills4Kids.com
Suhandoyo (1993). Upaya Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia Melalui
Interaksi Positif dengan Lingkungan. Yogyakarta: PPM IKIP Yogyakarta.
Supriyadi. (1999). Buku Pegangan Perkuliahan Teknologi Pengajaran Fisika.
Yogyakarta: Jurdik Fisika FMIPA UNY
Suyoso. (2001). Ilmu Alamiah Dasar. Yogyakarta:
Trowbidge dan Byebee. (1986). Becoming a Secondary school science Teacher.
London: Merill Publishing Company.
Utah State Board of Education. (2001). Life Skills. http://www.caseylifeskills.org
Rusmansyah.(2000). Prospek Penerapan Pendekatan Sains-Teknologi-
Masyarakat (STM) dalam pembelajaran Kimia di Kalimantan Selatan.

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!