Jumat, 29 April 2011

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah mengubah segala bidang kehidupan. Kalimat itulah yang sering kita temui dalam media cetak. Hal itu memang benar, tak dapat dipungkiri lagi bahwa dampak kemajuan IPTEK memang berpengaruh besar bagi kelangsungan hidup manusia secara global. Sikap, perilaku, bahkan pola pikir manusia pun mampu dirubahnya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah mengubah segala bidang kehidupan. Kalimat itulah yang sering kita temui dalam media cetak. Hal itu memang benar, tak dapat dipungkiri lagi bahwa dampak kemajuan IPTEK memang berpengaruh besar bagi kelangsungan hidup manusia secara global. Sikap, perilaku, bahkan pola pikir manusia pun mampu dirubahnya.
Kecanggihan berbagai teknologi yang berkembang telah menggeser posisi budaya yang telah kita miliki. Seakan budaya daerah setempat tidak memiliki daya tarik lagi, dan semua perhatian tertuju pada teknologi canggih. Tak ada lagi tempat dan waktu untuk membahas tentang budaya bangsa yang adi luhur.
Apakah dengan telah tersedianya teknologi canggih kita dapat melupakan budaya luhur bangsa kita begitu saja? Tentu saja tidak. Justru di tengah keberadaan teknologi yang beragam canggihnya, kekayaan yang satu inilah keberadaannya sangat diperlukan sebagai penetralisir dampak negatif yang ditimbulkan. Segala sesuatu yang berlebihan memerlukan penetral agar terbentuk keseimbangan.
Salah satu diantara bermacam dampak negatif yang dapat ditimbulkan karena tidak dinetralisasikannya moral dengan pendidikan kesusilaan yaitu tindak kekerasan dan keanarkisan di masyarakat. Terutama di kalangan pemuda yang kondisi jiwanya sedang labil sehingga dengan mudah terpengaruh oleh hal-hal yang menjadi budaya baru di zaman sekarang. Tanpa perlu menganalisa dan membijaksanainya terlebih dahulu apakah budaya tersebut bernilai positif atau negatif.
Tidak diimbanginya dampak kemajuan teknologi tersebut dengan pendidikan kesusilaan mengakibatkan dampak negatif itu semakin mudah membudaya dalam kehidupan masyarakat, karena kurangnya kekuatan moral untuk mengangkal masuknya pengaruh negatif dalam diri setiap orang. Tindak kekerasan dan anarkisme pun juga saat ini telah membudaya di Indonesia.
Tidak hanya dalam kehidupan pergaulan, keterlibatan sikap dan tindak anarkis juga mewarnai aksi para pemuda dalam menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah. Tak cukup dengan berteriak-teriak mengoceh dan mengkritik pemerintah, namun sikap brutal dan arogan pun turut menyertai aksi mereka. Hal ini tentu sangat memprihatinkan.
Bahkan yang lebih mengherankan lagi sebagian besar aksi demo disertai tindak anarkis diprovokasi oleh generasi muda intelektual yakni para mahasiswa. Tanda tanya besar bagi orang-orang, mengapa hal itu justru terjadi di kalangan orang berpendidikan tinggi. Padahal mereka adalah orang-orang terdidik, berwawasan luas dan juga mengetahui lebih banyak bagaimana cara berunjuk rasa yang taat aturan . Seharusnya mereka menjadi tauladan di masyarakat, khususnya bagi generasi remaja yang lebih muda dari mereka.
Terkadang, aksi demo seperti itu juga melibatkan anak-anak di bawah umur.
Sedemikian besarnya masalah yang timbul akibat kemerosotan moral dan etika bangsa. Dengan timbulnya masalah seperti itu, yang menjadi persoalan penting disini ialah bagaimana caranya memulihkan kembali keluhuran kultur bangsa kita sehingga dapat mewujudkan kehidupan demokrasi Pancasila yang sesungguhnya serta dapat mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia.

Mengapa Harus Anarkis?
Tindakan kekerasan dan anarkisme yang mewarnai aksi demo di kalangan generasi muda semakin hangat menjadi topik perbincangan baik di kalangan masyarakat maupun di kalangan pejabat. Berbagai anggapan pun diluncurkan dalam forum-forum diskusi yang ditayangkan melalui media-media tertentu.
Sebagian besar orang berpendapat bahwa tergesernya moralitas dan etika disebabkan para pemuda telah tergerus arus westernisasi. Tentu saja dengan moral yang rendah akan lebih mudah terpengaruh oleh dampak negatif dari kemajuan IPTEK. Selain itu juga kondisi jiwa akan mudah terbudak oleh kecanggihan teknologi saat ini. Semakin tergoncangnya jiwa para pemuda karena memudarnya etika dan moral mereka menyebabkan kecenderungan mengikutsertakan emosi yang memuncak dengan sikap anarkis dalam menyampaikan aspirasinya.
Ironisnya lagi yang paling dominan melakukan aksi anarkis adalah para pemuda intelektual atau kalangan terpelajar yang tiada lain adalah para mahasiswa perguruan tinggi. Tentu hal ini membuat para pemimpin generasi tua menjadi kecewa dan miris hatinya membayangkan bagaimana dan akan dibawa kemana bangsa Indonesia nantinya. Kalau keadaan kalangan terpelajar saja seperti itu, bagaimana dengan yang tidak terdidik. Siapa lagi yang akan menentukan arah kehidupan bangsa, kalau bukan para generasi muda terpelajar.
Tidak cukup terjadi di satu daerah saja, aksi demo yang anarkis ini sudah berulang kali terjadi di sejumlah daerah di Indonesia. Aksi-aksi tersebut menimbulkan banyak korban, mengakibatkan kerusakan-kerusakan tempat umum yang menimbulkan kerugian besar, dan juga mengganggu jalannya lalu lintas. Adanya aksi serupa di satu daerah bukannya menjadikan pengalaman orang lain sebagai pelajaran oleh para pemuda. Sekelompok pemuda lainnya malah mengulangi dan meniru aksi arogan tersebut.
Dengan demikian bukanlah rasa bangga ataupun rasa simpati yang timbul di hati masyarakat karena keberanian mereka menyampaikan aspirasinya. Melainkan rasa antipati yang timbul terhadap mereka, karena telah mengganggu keamanan dan kenyamanan bahkan keselamatan masyarakat.
Sikap anarkis bukanlah solusi dalam menyelesaikan permasalahan. Yang ada hanya akan menimbulkan masalah baru yang berkepanjangan. Masalah-masalah baru yang timbul akan lebih memperumit pemerintah. Selanjutnya tentu akan mengganggu tugas pemerintah dalam menyelesaikan urusan kenegaraan yang lebih penting. Sehingga pemerintah tidak dapat mengatasi urusan tersebut dengan baik. Oleh karena itu disertakannya tindak anarkis dalam penyampaian aspirasi hanya menimbulkan kerugian bagi negara kita.
Terjerumusnya kalangan terpelajar dalam aksi demo anarkis ini sepertinya juga dipicu oleh kurang terarahnya kreativitas-kreativitas para pemuda yang ingin turut berpartisipasi terhadap pembangunan negara Indonesia. Generasi muda juga perlu dituntun dan dibimbing dalam mewadahi kreatifitasnya agar dapat terwadahi dengan baik serta dapat memberikan dampak positif bagi bangsa dan negara. Dengan dibentuknya organisasi-organisasi yang mengandung nilai positif dapat dijadikan wadah menuangkan kreatifitas dan inisiatif mereka.
Fenomena merambahnya budaya anarkis dirasa sangat mengkhawatirkan. Padahal peran pemuda sebagai generasi penerus adalah sebagai agen perubahan dan juga calon pemimpin di masa depan. Akibat seringnya terjadi aksi-aksi yang serupa, Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan himbauannya bahwa pemuda harus dijauhkan dari kekerasan, dan perlunya mensosialisasikan budaya saling menghormati, toleran, dan mengembangkan budaya perdamaian.
Mengingat dampak dari aksi anarkis yang sangat merugikan, maka hendaknya budaya negatif tersebut segera diminimalisasikan dan menggantikannya dengan cara-cara yang lebih positif. Misalnya menyampaikan aspirasi dan kririkan kepada pemerintah melalui tulisan-tulisan yang sopan atau dengan mengadakan acara-acara diskusi sebagai media penyampaian aspirasi yang tidak akan berakibat negatif. Cara-cara tersebut jauh lebih bermanfaat karena dapat menggali kreatifitas-kreatifitas yang dimiliki setiap generasi muda.

”Catur Guru Bhakti” Sebagai Salah Satu Kearifan Lokal
Memperbaiki kembali etika dan moral generasi muda tentu sangat sulit dan memerlukan proses yang cukup panjang. Hal ini diibaratkan seperti membersihkan udara yang telah tercemar oleh polusi-polusi, tentu akan sulit melakukannya. Meski demikian kesulitan tidak semestinya dijadikan sebagai alasan dan hambatan untuk melangkah menjadi yang lebih baik, karena masalah ini menyangkut kelangsungan hidup bangsa Indonesia di masa mendatang.
Kearifan lokal yang ada di berbagai daerah pada umumnya dijadikan media pembelajaran kesusilaan dalam kehidupan bermasyarakat, namun tidak di zaman sekarang ini. Padahal kearifan lokal kini sangat kita perlukan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena sistem demokrasi di Indonesia tampaknya mulai tidak teratur akibat kemerosotan moral dan etika bangsa. Budaya anarkis dalam menyampaikan aspirasi itulah sebagai bukti ketidak teraturan kehidupan demokrasi bangsa kita. Pengangkatan kembali ajaran-ajaran agama dan budaya daerah setempat sebagai kearifan lokal dapat dijadikan solusi dalam hal ini.
Salah satu ajaran agama yang dapat dijadikan sebagai kearifan lokal dalam kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara yang demokrasi adalah ajaran Catur Guru Bhakti, yang mengandung arti empat guru yang patut dihormati. Catur Guru Bhakti merupakan ajaran disiplin moral dalam ajaran Agama Hindu. Adapun bagian-bagian dari Catur Guru Bhakti ialah (1) Guru Swadhyaya, (2) Guru Rupaka, (3) Guru Pengajian, dan (4) Guru Wisesa.
Yang dimaksud sebagai Guru Swadhyaya ini adalah Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan sudah sepantasnya kita berbhakti kepadaNya. Beliaulah pencipta dan penguasa alam semesta beserta seluruh isinya, beliau merupakan Maha Raja Diraja. Sebagai wujud hormat kepada Tuhan kita dapat melakukannya dengan takwa kepada Beliau, menuruti perintah, serta menjauhi laranganNya.
Guru Rupaka merupakan orang tua kandung kita dirumah. Orang tua sangat berjasa bagi kita, karena orang tua yang melahirkan, memelihara, serta mendidik dan menunjukkan arah hidup kita. Sejak dilahirkan ke dunia kita telah berhutang kepada orang tua. Tanpa peran orang tua kita tidak akan mampu menjadi orang yang sukses. Oleh sebab itu kita patut hormat dan berbhakti kepada orang tua untuk membalas jasa-jasa mereka.
Setelah memasuki usia bersekolah kita mulai mengenal guru yang mengajar di sekolah. Guru di sekolah inilah yang disebut sebagai Guru Pengajian. Guru pengajar membantu kita lebih banyak mengenal ilmu pengetahuan, dan berperan dalam mewujudkan salah satu tujuan nasional Bangsa Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Membentuk manusia yang cerdas dan intelek, serta terampil merupakan tanda jasanya, sehingga disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa.
Guru Wisesa dalam bahasa Sansekerta berarti purusa/ Sangkapurusan yaitu pihak yang berkuasa yang disebut pemimpin atau disebut juga pemerintah. Pemerintah juga memiliki peran penting dalam kelangsungan hidup ini, karena pemerintah yang bertanggungjawab atas kesejahteraan rakyat, memberikan perlindungan hukum, dan menjaga keamanan rakyat.
Dengan tertanamnya konsep bagian-bagian dari ajaran Catur Guru Bhakti dapat membentuk karakter setiap orang menjadi individu yang sopan-santun dan beretika. Dimulai dari konsep yang mengajarkan untuk berbhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa, berarti menuntun kita untuk menjadi manusia yang memiliki kepercayaan dengan memeluk agama masing-masing. Hal itu berkaitan dengan pengamalan dari Pancasila sebagai dasar negara.
Kebiasaan di lingkungan keluarga sekecil-kecil apapun akan menjadi kebiasaan pula di masyarakat. Oleh karenanya apabila seseorang telah terbiasa menghormati orang tuanya ataupun anggota keluarganya di rumah, maka ia juga akan biasa menghormati orang-orang di lingkungan masyarakat. Termasuk untuk menghormati guru di sekolah maupun pemerintah.
Selain itu Catur Guru Bhakti juga akan mampu membentuk kepribadian pemimpin yang demokratis, dan berprinsip kuat pada setiap diri generasi muda. Karena selain membimbing dan menuntun sikap untuk menghormati orang-orang yang berperan dalam kelangsungan hidupnya, generasi yang telah memegang konsep Catur Guru Bhakti juga akan mampu menghormati pendapat-pandapat dalam kepemimpinan. Dan juga akan terhindar dari tindakan-tindakan asusila dalam menduduki jabatannya sebagai pemimpin.
Untuk itu adanya ajaran Catur Guru Bhakti sebagai kearifan lokal dapat membantu menertibkan kehidupan demokrasi di Indonesia. Karena berperan menuntun sikap-sikap dan etika masyarakat, dapat memperbaiki moral dan etika anak-anak bangsa, dan untuk selanjutnya agar dapat menumbuh kembangkan generasi yang arif dan bijaksana, berbudipekerti yang luhur, berjiwa patriotis dan nasionalisme, serta dapat menjadi pemimpin yang demokratis, tangguh dan layak bagi negara Indonesia untuk kedepannya yang akan memajukan kehidupan bangsa.
Jadi, seiring dengan kemajuan teknologi hendaknya kehidupan ini perlu dituntun dengan pendidikan kesusilaan. Dan kearifan lokal itu sangat penting peranannya dalam menetralisir segala dampak negatif globalisasi termasuk dampak negatif kemajuan IPTEK. Kearifan lokal yang memiliki nilai moral yang tinggi dapat diangkat sebagai aset budaya dalam menjalani kehidupan negara demokrasi.
Oleh sebab itu para orang tua diharapkan lebih memperhatikan cara mendidik putra-putri bangsa. Pembentukan karakter pertama di rumah akan menentukan perkembangan moral seseorang. Memberikan wejangan kepada anak hendaknya lebih sering disampaikan dengan menjelaskan pemahaman ajaran agama baik itu ajaran agama yang diyakini ataupun yang berupa kearifan lokal daerah setempat. Dengan media seperti itu pesan-pesan yang disampaikan akan lebih mudah diingat.
Bagi generasi intelektual supaya lebih banyak mengintrospeksi diri bahwa tindak anarkisme itu tidaklah penting dilakukan. Mengisi kemerdekaan lebih baik dilakukan dengan hal-hal yang positif dan bermanfaat. Memenuhi kebutuhan rohaniah juga sangat penting dilakukan, dengan banyak membaca mengenai pendidikan rohani untuk menyeimbangkan antara kepandaian dengan moralnya. Sehingga kepandaian itu dapat berguna bagi nusa dan bangsa dalam memajukan kehidupan negara di masa depan.
Kepada pemerintah sebaiknya juga memperhatikan kearifan lokal daerah setempat agar lebih dijadikan pedoman dalam bertingkah laku. Serta dapat mengangkat ajaran-ajaran agama yang mengandung nilai kesusilaan sebagai kearifan lokal, untuk dapat dijadikan media pembentukan kepribadian bangsa yang luhur. Kemudian ditindaklanjuti dengan mensosialisasikannya kepada masyarakat secara umum. Untuk dapat mewujudkan kehidupan negara demokrasi yang harmonis, dan senantiasa dapat mewujudkan tujuan-tujuan nasional bangsa Indonesia yang belum sempat terlaksana.
Categories:

0 komentar:

Posting Komentar

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!